Thursday, December 31, 2009

(218) Changes

benarkah manusia bisa berubah? atau memang kita harus berubah? perubahan apa yang harus kita inginkan? perubahan ke arah baikkah? ke arah burukkah? apakah aku sudah berubah setelah semua yang aku lalui? apakah benar aku tidak berubah menjadi orang lain? apakah aku sudah menjadi lebih baik daripada sebelumnya? atau hidupku berubah menjadi buruk dari sebelumnya? aku menggosok kedua mataku dengan lenganku, berharap agar mataku dapat memberikan aku pandangan yang lebih baik daripada sebelumnya, namun apa yang aku dapat? yang aku dapat adalah tetap pemandangan yang sama .. wajah yang sama .. wajah yang ketakutan, kesepian dan terus menerus bertanya tentang semuanya .. akankah semua pertanyaan yang aku ajukan akan terjawab? akankah semuanya berubah? begitu banyak mimpi yang ingin aku wujudkan, namun apakah semuanya akan terwujud? ataukah mimpiku hanya akan menjadi mimpi belaka saja? sudah sampai dimanakah progress perubahanku? apakah aku akan tetap disini? apakah aku akan melaju ke depan? atau malah jatuh ke belakang? aku berubah karena peristiwa-peristiwa di sekelilingku terus menemukan diriku dan perubahan ini terus menerus dan akan terus berjalan .. kemanakah aku berjalan?

(217) Ilusi Kotak Nyaman

Memang umur tidak pernah berhenti mengajari kita sesuatu. bagiku, dulu umur hanyalah deretan angka yang terus bertambah setiap tahunnya. kini aku berada di batas umurku, meskipun memang umurku belum berakhir - yang aku sendiri tidak tahu kapan berakhirnya - umurku kini mengajariku untuk harus membuat keputusan, besarkah keputusan itu? tentu saja sangat besar, oleh karena itu aku dibuat pusing tujuh keliling oleh masalah desakan umur ini. Aku malu kepada diriku sendiri, merasa berdosa dan bersalah kepada diriku sendiri, karena di umurku yang sudah diambang batas ini aku masih saja tidak berani mengambil keputusan yang besar. aku masih berada di dalam lingkaran-lingkaran khayalan dan kemudian umurku membentakku, menamparku, membantingku dengan kerasnya hingga aku terbangun dari dunia khayalanku. menyeramkan rasanya mengambil keputusan-keputusan besar, karena aku tidak berani dengan resikonya, aku takut akan hasilnya, aku takut akan jalannya. lalu dimana sisi keberanianku? ia mengumpat diantara rasa cemas, khawatir dan juga pesimis. ia mengumpat sambil berjalan mundur menjauh dariku.Namun demikian, umur membautku harus mengejar keberanianku agar aku bisa keluar dari kotak nyamanku yang telah puluhan tahun aku tinggali.

Otakku dipaksa berpikir lebih cepat, hatiku dipaksa mengamini semua keputusan besar karena aku bertarung dengan waktu yang tidak bisa lagi aku putar kembali, mungkin Tuhan sendiri memang memberikan kekuatan agar waktu tidak bisa diputar kembali oleh kita, manusia. Itu semua semata-mata karena agar ada pelajaran yang bisa diberikan kepada kita, semata-mata agar sejelek apapun kita, kita masih bisa diberikan pelajaran, proses yang negatif sekaligus positif jalan bersamaan. terkadang ketakutan membuat kita buta, kita terhalang oleh pikiran kita sendiri, lalu bagaimana mengalahkan pikiran kita? bagaimana mengalahkan ketakutan kita? karena rasa takut itu terasa semakin menghantui begitu kita harus mengambil keputusan itu. pengecutku kini tertawa lebar, menghantui setiap sisi postifi pikiranku dan aku sendiri yang menyuruhnya tertawa.

Bulu kudukku merinding membayangkan prosesku berjalan, namun demikian kontras dengan pikiranku, pikiranku melayang aku akan memperoleh sukses dan mendapatkan apa yang aku mau, namun batinku meronta, menggema berteriak "tidak mau" menjalani prosesnya. Yang aku lakukan adalah memaksa batinku yang pemalas ini untuk mau bergerak, untuk mau bertindak. tidak peduli betapa keras, betapa sakit, betapa susahnya jalan itu. aku harus membuka dan merobek jalan itu agar aku bisa keluar dari ilusi kotak nyamanku ini. Terlepas dari apa kata orang lain soal diriku, aku harus mencoba berdiri diatas kedua kakiku sendiri, karena umurku yang memaksa aku untuk berdiri seperti itu, aku tidak boleh lagi bungkuk, aku tidak boleh lagi lemas, aku tidak boleh lagi menghadap kebawah. Umur membuatku menatap lurus ke depan, menghadap keatas melihat masa depanku yang belum tentu jelas nasibnya saat ini, namun akan terasa indahnya di masa depan. 

Percuma aku menulis begitu banyak soal umur, impian dan juga hasilnya kalau aku tidak bergerak, aku harus bergerak, aku harus menemukan satu poros pikiran yang sinkron agar aku bisa menentukan pilihanku yang sesuai dengan kemampuan, kemauan dan juga tekadku. Jangan anggap enteng keputusan ini, karena sulit rasanya menghentikan roda pikiranku yang terus menerus berputar begitu cepat, rasanya seperti mencelupkan jariku ke pusaran air yang berputar kencang, karena salah-salah... bukan air itu yang berhenti, melainkan jariku yang terhisap oleh pusaran itu. Sudah cukup rasanya aku mendengar cerita sukses dan juga peraihan mimpi orang lain, aku bosan mendengarnya. Saat ini, aku harus mencoba menjadi si pendongeng cerita keberhasilan itu, bukan si pendengar lagi. Sudah puluhan tahun aku mendengar cerita omong kosong yang aku sendiri tidak tahu cerita itu nyata atau tidak. Namun, aku takut untuk melangkah, aku takut untuk bertindak, kenapa kotak nyaman ini terasa lebih tebal dari sebelumnya setiap kali aku melihatnya. ingin rasanya aku memanjangkan kukuku agar aku bisa merobeknya dengan senyum puas karena saat ini aku benci melihatnya. aku muak dengannya. pemikiranku mengajakku kompromi, namun aku harus tegas menolaknya, aku harus tegas membencinya, karena mau sampai kapan aku berada di lingkaran setan ilusi kotak nyaman ini? Umurku, bisakah engkau bertahan sedikit dan memberikan aku kesempatan agar aku bisa membuktikan kepada diriku sendiri kalau aku mampu, aku mau dan aku bisa..setidaknya untuk diriku sendiri, bukan untuk orang lain.

(216) Sinner

Mungkin dunia ini tidaklah seindah surga, namun dunia ini memiliki kesenangannya sendiri yang mungkin tidak akan kutemui di surga. disini kami, para pendosa mendapati diri kami diberikan berkat, pengampunan, waktu, pembelajaran, proses, kearifan, sudut pandang, emosi, kekurangan dan juga kelebihan. kami tahu kalau kami, para pendosa seringkali merasakan neraka benar-benar ada di bumi ini karena kesusahan-kesusahan dan juga waktu yang sangat sulit menerpa hidup kami, namun sebagian dari kami mencoba bertekuk lutut dan merendahkan hati untuk bisa menemukan, mendapatkan jawaban dan arah yang kami butuh. yang mana kami juga tahu, sebagian lainnya dari kami juga lelah untuk berusaha dan menyerah menjalani hidup mereka. 

Mungkin terkadang tidak cukup pujian, doa, ucapan syukur dan juga evaluasi terhadap diri kami sendiri. namun ketika kami mendapatkan suatu momen bersama pendosa lainnya di dunia ini, pikiran kami membawa kami kepada suatu titik dimana kami tahu, pujian, ucapan syukur dan juga rahmat-Mu bersama kami. kami para pendosa, diberikan waktu untuk masih bisa mengucap syukur atas segala berkat yang telah diberikan kepada kami, udara yang bebas kami hirup meskipun mungkin tidak terlalu bersih, waktu yang terus saja berjalan meskipun mungkin terkadang waktu memberikan rasa sakit kepada kami, kesehatan yang kami peroleh meskipun mungkin terkadang kami sendiri yang tidak menjaga kesehatan ini sendiri, pikiran yang membuat kami bisa berpikir meskipun mungkin terkadang kami ingin rasanya menjadi gila. terlepas dari apapun hitam dan putihnya dunia ini ... kami para pendosa, masih berada disini, menapakkan kaki kami diatas dunia yang satu ini, dunia yang kami kenal, kami ketahui dan ini adalah rumah sementara kami satu-satunya saat ini, entah akan kemana rumah ini pindah ketika kami wafat pada waktunya nanti.

Kami para pendosa juga diberikan sebuah peran, misi, dan juga tujuan dalam pengembaraan dan pencarian hidup kami, meskipun kami tahu, kami karena terlalu berdosanya, kami sering melupakan, tidak mencari, acuh tak acuh kepada tujuan kami diciptakan dan ditaruh di dunia ini. mungkin kami tidak sadar dan sering pura-pura tidak mendengarkan ketika hati kecil kami terus berbicara kepada kami melalui nurani kami. kami berpura-pura tidak mendengarkan hati nurani itu, berpura-pura lupa, memikirkan hal lain karena kami tidak ingin terbeban, meskipun sebenarnya dosa ini yang berusaha kami tebus. namun dimanakah letak jiwa kami, para pendosa ini? setiap waktu, mulai dari detik, menit, jam, hari, minggu, tahun, hingga apa namanya, tidak mungkin kami tidak berdosa. meskipun kami mengetahui banyak juga kebaikan yang kami beri, kami lakukan, namun tetap persentase dosa kami jauh lebih berat, lebih banyak dan juga lebih kejam dari kebaikan kami, dan sialnya kami tidak boleh mengucapkan "persetan" terhadap persentase itu.

Lalu, apa yang kami lakukan untuk menebus dosa-dosa kami? cara pertama adalah memohon masih diberikan waktu atau bahasa lainnya adalah 'umur' untuk masih bisa belajar, memeriksa diri, melihat sudut pandang lain, berusaha meneguhkan lagi langkah kami dalam berjalan di dunia ini, berusaha menjadikan yang telah lalu adalah pelajaran kami untuk mau dan bisa menatap ke depan. Cara kedua adalah meneguhkan hati kami terhadap jalan, visi, misi, tujuan yang telah diberikan kepada kami meskipun sebagian dari kami masih mencari, menanyakan, berimajinasi apa sebenarnya tujuan hidup kami. Cara ketiga adalah dengan mengingatkan sahabat-sahabat pendosa lainnya untuk mau memohon ampun atas dosa-dosa yang telah dilakukan, mengingatkan satu sama lain kalau kami tidak ada yang sempurna, tidak ada yang tidak berdosa. kami berdosa dan sungguh berdosa, tetapi akankah kami takut? akankah kami gemetar? akankah kami lari, akankah kami pergi ketika kami tahu ada sebuah pengharapan akan penghapusan dosa-dosa kami? mudah-mudahan tidak, karena pengampunan adalah sesuatu yang sangat kami butuhkan.. sngat kami perlukan agar kami, para pendosa ini dapat melanjutkan hidup kami, jadi disinilah satu dari para pendosa yang hidup di dunia ini, mengingatkan para pendosa lainnya untuk mau, berusaha, dan bertekad mendapatkan pengampunan itu melalui tulisan yang berdosa ini. 

(215) Eternity

Kapankah dia kembali tuhan? apakah masih ada jalan untuk kembali tuhan? satu bagian besar jiwaku sudah diambil dariku olehmu dan apakah itu masih tidak cukup untukmu tuhan untuk menghancurkan hidupku? tidakkah engkau melihat aku menderita disini karena semua rencanamu? kehidupanku berjalan namun hanya berputar-putar disini tanpa ada kejelasan apa maksud dari semuanya ini. apakah ini rencanamu tuhan? hanya berputar-putar .. aku melihat hari yang sama dengan maksud yang sama. apa bedanya hari ini dengan hari-hari sebelumnya, dimana kesepian ini terus mengganggu jiwaku? engkau sudah memotong setengah dari jiwaku. kadang aku membenci rencanamu tuhan. aku benci jalanmu yang berliku dan tidak jelas. engkau tidak pernah memberitahukanku apa maksud dan tujuan dari rencanamu.. bahkan jujur aku sama sekali tidak tahu apa rencanamu. benarkah rencanamu selalu baik? bisakah aku percaya kepadamu lagi? karena setelah sekian lama aku berputar-putar di jalanmu ini, aku semakin ragu apakah ini adalah jalan yang harus kutempuh untuk hidupku?

(214) BAM

Tabrakan itu terjadi lagi. Buum.. begitu kerasnya menabrak bayang-bayang ilusi itu. tabrakan yang terjadi antara kenyataan dan impianku terjadi lagi dan lebih keras dari sebelumnya. yang terjadi berikutnya adalah diriku terpecah menjadi berkeping-keping, aku tidak tahu yang mana yang benar, apakah kenyataan yang aku jalani sekarang? atau seharusnya aku sedang bermimpi dalam impian-impian semu-ku. dimanakah impianku membawaku saat ini? haruskah aku mempercayai apa yang telah berada didalam semua tabrakan antara mimpi dan kenyataan itu? dimanakah jiwaku sekarang berada? ilusi-ilusi pikiran mulai berdelusi didalam pikiran dan juga apa yang ada di depanku saat ini. serpihan diriku membawa diriku kepada masing-masing bagian jiwaku, serpihan sedih bergabung dengan serpihan kemarahan, serpihan gembira bergabung dengan serpihan bahagia. potongan-potongan serpihan itu terlihat begitu sempurna, menggambarkan apa yang ada didalam diriku sebenarnya. Mimpikah ini? kenyataankah ini? aku tidak tahu, aku tidak peduli.selama aku bisa mengetahui tabrakan itu ada disana, mengulang semuanya lagi perlahan, aku akan melihat tabrakan itu lagi dan lagi…