Thursday, December 31, 2009

(217) Ilusi Kotak Nyaman

Memang umur tidak pernah berhenti mengajari kita sesuatu. bagiku, dulu umur hanyalah deretan angka yang terus bertambah setiap tahunnya. kini aku berada di batas umurku, meskipun memang umurku belum berakhir - yang aku sendiri tidak tahu kapan berakhirnya - umurku kini mengajariku untuk harus membuat keputusan, besarkah keputusan itu? tentu saja sangat besar, oleh karena itu aku dibuat pusing tujuh keliling oleh masalah desakan umur ini. Aku malu kepada diriku sendiri, merasa berdosa dan bersalah kepada diriku sendiri, karena di umurku yang sudah diambang batas ini aku masih saja tidak berani mengambil keputusan yang besar. aku masih berada di dalam lingkaran-lingkaran khayalan dan kemudian umurku membentakku, menamparku, membantingku dengan kerasnya hingga aku terbangun dari dunia khayalanku. menyeramkan rasanya mengambil keputusan-keputusan besar, karena aku tidak berani dengan resikonya, aku takut akan hasilnya, aku takut akan jalannya. lalu dimana sisi keberanianku? ia mengumpat diantara rasa cemas, khawatir dan juga pesimis. ia mengumpat sambil berjalan mundur menjauh dariku.Namun demikian, umur membautku harus mengejar keberanianku agar aku bisa keluar dari kotak nyamanku yang telah puluhan tahun aku tinggali.

Otakku dipaksa berpikir lebih cepat, hatiku dipaksa mengamini semua keputusan besar karena aku bertarung dengan waktu yang tidak bisa lagi aku putar kembali, mungkin Tuhan sendiri memang memberikan kekuatan agar waktu tidak bisa diputar kembali oleh kita, manusia. Itu semua semata-mata karena agar ada pelajaran yang bisa diberikan kepada kita, semata-mata agar sejelek apapun kita, kita masih bisa diberikan pelajaran, proses yang negatif sekaligus positif jalan bersamaan. terkadang ketakutan membuat kita buta, kita terhalang oleh pikiran kita sendiri, lalu bagaimana mengalahkan pikiran kita? bagaimana mengalahkan ketakutan kita? karena rasa takut itu terasa semakin menghantui begitu kita harus mengambil keputusan itu. pengecutku kini tertawa lebar, menghantui setiap sisi postifi pikiranku dan aku sendiri yang menyuruhnya tertawa.

Bulu kudukku merinding membayangkan prosesku berjalan, namun demikian kontras dengan pikiranku, pikiranku melayang aku akan memperoleh sukses dan mendapatkan apa yang aku mau, namun batinku meronta, menggema berteriak "tidak mau" menjalani prosesnya. Yang aku lakukan adalah memaksa batinku yang pemalas ini untuk mau bergerak, untuk mau bertindak. tidak peduli betapa keras, betapa sakit, betapa susahnya jalan itu. aku harus membuka dan merobek jalan itu agar aku bisa keluar dari ilusi kotak nyamanku ini. Terlepas dari apa kata orang lain soal diriku, aku harus mencoba berdiri diatas kedua kakiku sendiri, karena umurku yang memaksa aku untuk berdiri seperti itu, aku tidak boleh lagi bungkuk, aku tidak boleh lagi lemas, aku tidak boleh lagi menghadap kebawah. Umur membuatku menatap lurus ke depan, menghadap keatas melihat masa depanku yang belum tentu jelas nasibnya saat ini, namun akan terasa indahnya di masa depan. 

Percuma aku menulis begitu banyak soal umur, impian dan juga hasilnya kalau aku tidak bergerak, aku harus bergerak, aku harus menemukan satu poros pikiran yang sinkron agar aku bisa menentukan pilihanku yang sesuai dengan kemampuan, kemauan dan juga tekadku. Jangan anggap enteng keputusan ini, karena sulit rasanya menghentikan roda pikiranku yang terus menerus berputar begitu cepat, rasanya seperti mencelupkan jariku ke pusaran air yang berputar kencang, karena salah-salah... bukan air itu yang berhenti, melainkan jariku yang terhisap oleh pusaran itu. Sudah cukup rasanya aku mendengar cerita sukses dan juga peraihan mimpi orang lain, aku bosan mendengarnya. Saat ini, aku harus mencoba menjadi si pendongeng cerita keberhasilan itu, bukan si pendengar lagi. Sudah puluhan tahun aku mendengar cerita omong kosong yang aku sendiri tidak tahu cerita itu nyata atau tidak. Namun, aku takut untuk melangkah, aku takut untuk bertindak, kenapa kotak nyaman ini terasa lebih tebal dari sebelumnya setiap kali aku melihatnya. ingin rasanya aku memanjangkan kukuku agar aku bisa merobeknya dengan senyum puas karena saat ini aku benci melihatnya. aku muak dengannya. pemikiranku mengajakku kompromi, namun aku harus tegas menolaknya, aku harus tegas membencinya, karena mau sampai kapan aku berada di lingkaran setan ilusi kotak nyaman ini? Umurku, bisakah engkau bertahan sedikit dan memberikan aku kesempatan agar aku bisa membuktikan kepada diriku sendiri kalau aku mampu, aku mau dan aku bisa..setidaknya untuk diriku sendiri, bukan untuk orang lain.

No comments: