Wednesday, May 10, 2006

(150) Silent Emotion

apa yang akan terjadi sekarang? aku melihat diriku begitu kosong, begitu nyenyak dalam tidurku, apa jadinya apabila didalam diriku tidak ada kreatifitas, tidak ada pembaharuan, tidak ada sesuatu yang bisa membuatku terjaga dari tidurku, aku masih terus berkelana didalam gelap dan meskipun memang aku bertemu dengan cahaya yang terang beberapa kali dalam hidupku, aku masih mengacuhkannya, dan tidak terlalu memberikan perhatian khusus kepadanya...
dan kini beban yang menumpang dalam genggaman tanganku sudah semakin banyak dan tidak terbayarkan lagi, dalam tidurku, aku merasa begitu ringan, apakah ringan karena aku tidak bisa melihat apa-apa karena gelap, ataukah ringan karena pada saat aku terjaga dari tidurku, aku selalu lupa dengan apa yang aku impikan pada saat aku tidur? aku tidak tahu jawabannya, karena seperti yang aku bilang, kalau diriku sekarang sangatlah kosong, aku hampir tidak bisa merasakan apa-apa, tidak sedih, tidak bahagia, tidak terfokus, tidak sepi...apakah aku masih apa yang disebut manusia? karena manusia mempunyai hati, pikiran dan akal, namun kurasa aku bukanlah itu, aku hanyalah kumpulan daging dan tulang yang selalu diliputi dosaku dan selalu diliputi oleh nafsu yang selalu menghinggapi pundak dan pikiranku...

dimana setiap celah yang ada pada tubuhku sudah kututup, rasa nafsu itu selalu bisa membuka celah itu sedikit demi sedikit lewat pikiranku, menguasai tubuhku, memberikan rasa nikmat yang sesaat kepada tubuhku, dimana aku selalu merindukan rasa nikmat itu...dan setiap harinya aku diperbudak oleh rasa nikmat itu, tidak hanya sekali dalam sehari, namun berpuluh-puluh kali dalam sehari, dan aku selalu haus akan rasa nikmat itu...apakah aku manusia? karena aku merasakan bahagia pada saat rasa nikmat itu datang...

setiap perkataan yang keluar dari mulutku, selalu kuucapkan dengan nada datar, tanpa emosi, kenapa? karena tidak diperlukan emosi pada saat aku berbicara, aku tidak merasakan senang atau sedih, bahagia atau marah, semua yang keluar dari mulutku hanyalah sebuah keharusan, aku juga tidak perlu berpikir tentang apa yang harus aku bicarakan, karena tidak ada yang mendengar, aku hanya berdengung, bergumam, tidak jelas, seperti seekor lalat yang berbicara dalam bahasanya sendiri pada saat mereka mengerubungi sampah...apakah aku sama seperti mereka? apakah aku masih apa yang mereka sebut manusia? kemana akalku? kemana jiwaku?

apakah jiwaku tidak lagi berada didalam tubuhku? apakah hanya rasa nafsu itu yang menguasai tubuhku? yang menguasai setiap inchi dari tubuhku? ataukah jiwaku masih berada didalam tubuhku namun tidak bisa bergerak karena terbelenggu oleh rantai-rantai dosa yang telah aku perbuat? apakah jiwaku masih ada didalam tubuhku? aku tidak tahu, karena aku tahu akan sangat percuma apabila aku membuka tubuhku pun, jiwa itu tidak akan terlihat oleh mata ini... seperti apakah jiwa itu? siapakah jiwa itu? apakah aku masih bisa disebut manusia? karena aku ragu apakah aku mempunyai sebuah jiwa yang utuh?

disaat-saat inilah aku yakin, aku akan berkelana dengan sangat lama, berkelana tidak tahu arah, hanya berjalan, namun yang bisa kulihat hanyalah gelap, gelap dan gelap.. apakah aku harus berjalan? ataukah aku boleh berhenti sekarang? hanya duduk dan diam? begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam kepalaku, namun apakah pertanyaan-pertanyaan itu bisa dan boleh dijawab? karena aku merasa seperti orang bodoh, dan seperti anak kecil yang selalu bertanya setiap saat namun jawaban itu tidak pernah ada, dan tidak pernah datang...kemanakah jawaban itu? seperti apakah bentuk dari yang mereka sebut jawaban? masih berapa lama lagikah keadaan ini harus berlanjut? dan berapa lama lagikah aku harus peduli dengan semuanya ini?

No comments: