Somewhere inside me something disappears, And I try to part with my rust-eaten anger...
Thursday, May 19, 2005
(87) SONATA
diam disini, berusaha untuk tenang, aliran udara yang ada mula menyesaki paru-paru dan juga jantungku, kutarik nafasku sekali, masih cukup banyak udara yang ada disini, namun semakin aku bernafas semakin gugup aku berada disini, karena apa yang ada didepan mataku adalah sesuatu yang membuat diriku sangat tidak nyaman, entah berapa lama aku mengurung diriku untuk berlatih, dan mungkin penilaianku akan menjadi bagian dari hidupku yang penting, tidak peduli betapa cepat peristiwa ini terjadi, aku tidak bisa mengendalikan paru-paru dan jantungku untuk pelan-pelan mengambil nafasku,...diamlah...diamlah sebentar, aku berusaha untuk berkonsentrasi disini...bekerjasamalah denganku ..sekali ini saja...jangan kecewakan aku...karena ini adalah hal yang penting bagiku, dan aku terus saja mengejar ketertinggalan nafasku, dan pada saat aku mengambil nafasku yang entah keberapa kalinya, sebuah alat mendengung keras dan memanggil namaku, orang-orang disekelilingku melihat kearahku, berbicara tidak jelas, mungkin bergumam, tersenyum dan menyemangatiku, walaupun aku tahu mereka ingin agar aku tidak maju kedepan, kugerakkan kaki-kaki kecilku, mencoba melangkah ringan, agar aku bisa lepas dari sini...mungkin aku harus mencoba untuk berjalan tidak terlalu cepat, tetapi alat itu terus saja memanggil namaku, dan semakin aku dipanggil, semakin aku berkeringat, dan dengan beberapa langkah kedepan, aku membuka tirai merah yang menghalangiku dibelakang tadi, dan pada saat aku membuka seluruh tirai dan menampakkan diriku didepan sana,dan aku berusaha untuk tersenyum, dan aku bisa melihat ratusan, mungkin ribuan orang melihat kepadaku, mereka duduk, teratur, dan menepukkan tangannya, aku samar-samar bisa melihat mereka, karena ada puluhan lampu yang seakan menantang mataku untuk bisa melihat apa yang ada didepanku, dan seorang dari mereka berkata :"silahkan", aku sempat terkejut dan mencoba untuk tersenyum kepadanya, dan menganggukkan kepalaku, perlahan kuangkat biola yang ada ditangan sebelah kiriku dan eboey yang ada ditangan sebelah kananku, kutarik sedikit nafas dari udara yang ada di ruangan yang besar itu, dan mulai memainkan biola itu, kugesekkan eboey itu kebadan biola yang terdiri dari 4 senar yang sudah tersusun rapi, dan mulai memainkan lagu Oratorios and Cantatas dari mozart, yang sengaja kumainkan malam ini, karena lagu itu bercerita tentang keputusasaan seseorang yang tidak pernah berhenti, dan biola yang kumainkan ini adalah ekspresi dari jiwa yang terbelenggu yang mewakilkan diriku beberapa lama kemarin, dan pada saat refren yang penting,semua terasa hening, damai mendengar bunyi biola yang mendesah manis seperti ini, ditambah dengan suasana hening seperti ini, dan pada saat aku memainkan lagu itu, aku menutup mataku terus menerus, seakan aku bisa melihat semuanya yang ada didepanku sambil tersenyum, dan jari-jariku terasa semakin luwes memainkan lagu yang telah lama kulatih, kutahu hari ini penting, dan kini lagu itu sudah mencapai fret terakhir, fret yang sangat susah dimainkan, baik oleh mozart itu sendiri, dan pada saat ini, aku yakin aku bisa memainkannya, disinilah taruhan itu dimulai, kupercayakan hal ini pada jari-jari tanganku yang berharga, ............... dan pada saat tiba pada 12 not yang terakhir, aku merasa udara semakin sesak, dan itu membuatku sedikit gugup, aku harus tenang dan bernafas, dan tiba-tiba kelingking jariku melesak kedalam senar ketiga dan menyebabkan senar tipis itu putus...Teng...bunyi senar putus itu juga ikut memutuskan harapanku disini...aku hanya bisa menatap ke biolaku, tidak berkata apa-apa, aku yakin aku bisa melakukan 40 not terakhir dan aku tidak pernah salah, kenapa hari ini aku bisa salah? para penonton yang ada didepan mataku juga ikut merasakan rasa sedih yang kurasakan, aku tidak pernah merasa sebodoh ini, dan aku tidak tahu apa yang salah, jariku? senarku? eboeyku? biolaku? udara yang kuhirup? atau diriku? kurasa semuanya menjadi satu, dan aku tidak peduli, dengan bangga kuangkat kepalaku kearah ribuan orang yang melihat diriku saat ini, menundukkan kepalaku untuk menghormati mereka, dan berjalan letih dan lunglai kebalik tirai merah itu lagi, dan aku tidak tahu apa yang terjadi, aku membanting biola itu dan merasakan rasa jahat yang ada didalam diriku keluar menembus jantungku, dan aku mulai merasakan kepedihan yang teramat sangat dalam, dan yang kutahu kakiku mengajakku berlari keluar dari gedung itu, dan menenggelamkan diriku dalam dinginnya malam yang terasa mulai membekukan darah yang ada dalam tubuhku, dan aku duduk ditanah, dan melihat tangan kiriku yang penuh dengan gesekan-gesekan halus senar yang tadi kutekan, dan aku menangis, menyadari betapa bodohnya aku ini...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment