Somewhere inside me something disappears, And I try to part with my rust-eaten anger...
Thursday, June 29, 2006
(163) Flight to Fight
dari semua tindakanku selama ini, adakah tindakanku yang benar? dari semua perkataanku selama ini, adakah perkataanku yang benar? dari semua apa yang telah aku lakukan, adakah tindakanku yang benar? apakah aku sudah melakukan hal-hal yang benar selama ini? aku tidak tahu, penilaian dan nilai yang aku dapat adalah sebuah hasil yang hanya bisa aku rasakan, tidak bisa kusebut secara gamblang, tetapi pemikiranku memberikan sinkronisasi pikiran...aku butuh waktu sebentar untuk berhenti berjalan, aku butuh waktu untuk melihat sebentar ke belakang tentang apa yang telah aku lakukan, aku harus mengecek semuanya..tetapi apabila aku melihat ke belakang, aku merasakan kesedihan dan kepahitan, mungkin karena hati nuraniku meraung dan bersedih akan semua tindakanku... satu dua kata yang kudengar telah menyebabkan pikiran dan jiwaku terhentak begitu kuat sehingga aku tidak kuat untuk berjalan...dan ada sesuatu yang menyebabkan aku ingin terdiam, termenung, ingin melihat semuanya ke belakang sebelum aku memulai langkahku yang baru, tetapi jiwaku terisak-isak akan semua yang telah aku lakukan, penganiayaan, kebohongan, pencurian, kemunafikan, ketidaktahuan, keegoisan, kelicikan, ingin rasanya aku menghapus semua itu dan menggantikannya dengan yang baik-baik saja..tetapi itu semua adalah bagian dari diriku dan bagian dari diriku, bagaimana bisa aku menggantikan diriku sendiri? sudah cukup aku menatap ke belakang, karena aku tahu hanyalah kegelapan yang ada dibelakangku dan dia masih mengejarku, kini aku harus melihat ke depan, tetapi terlalu banyak jalan dan juga cabang yang ada didepanku, bagaimana aku tahu ini adalah jalan yang benar, dan ini adalah jalan yang harus aku tempuh? bagaimana aku tahu kalau jalan yang kuambil tidak akan memotong jalan orang lain, dan aku takut kalau aku mengambil salah satu dari jalan itu, aku akan kembali ke kegelapan...bagaimana caranya untuk tidak bisa kembali kesana? karena aku tidak ingin membiarkan jiwaku menangis lagi..
Monday, June 26, 2006
(162) Incronualistic
tembusan dan tebusan itu sama saja untukku, mereka sama seperti jalur dan lajur yang saling bertabrakan dari utara dan selatan, sama selarasnya seperti kiri dan kanan, sama pentingnya seperti atas dan bawah, namun perbedaannya hanya pada di titik tengah, yah, ketika rasa bosan yang mengikuti dirimu selama ini tergantikan dengan rasa kusam yang kurang lebih sama seperti pasir yang masuk kedalam gelas itu, dan mereka akan menyebut pasir-pasir itu sebagai "waktu", setiap pasir adalah bagian dari waktu itu, dan waktu itu adalah bagian dari hidupku, dan hidupku adalah bagian dari cerita, dan cerita ini adalah kumpulan dari riwayat, daftar yang sedang disusun.
Kadar dan kabar keadaan yang kuterima tidak lebih baik dari pembantaian hewan ditempat pembantaian, suara dan jiwa yang kudengar tidak lebih dari pembersihan suku dan ras di daerah sana, perlakuan dan kelakukan mereka juga sama jahanamnya seperti rasa pesimistis yang ada didalam batinku. setiap keterlambatan kata yang keluar dari mulutmu, sama seperti percepatan waktu yang seakan ditabung untuk beberapa saat, dan ketika tanganku dan tangan mereka bertemu, maka yang terjadi adalah kesatuan, dimana yang menyatu tidak hanya sentuhan-sentuhan secara fisik, namun juga kesatuan dosa-dosa yang abadi dan kekal... kata-kata ini aku yakin sangatlah susah dimengerti oleh dirimu, karena aku sendiri tidak menyanggupi dan tidak memberikan janjiku untuk bisa menulis kata-kata ini, terlalu banyak kata yang terbuang percuma, karena didalam pikiranku sendiri, hanya ada beberapa kata aktif dan ribuan kata pasif, dimana ular yang selalu melingkar dibahuku? dia yang selalu membimbingku dikala aku kehabisan kata-kata, dan setiap kata bimbingan itu akan membuatku kaya kembali, kaya dalam arti budi dan akal...
gelap dan terang adalah permainan diriku sehari-hari, aku adalah pemegang saklar senter yang bisa dengan seenaknya menekan gelap atau terang, semua cahaya itu keluar begitu cepat, sesuai dengan kehendakku dimana aku menginginkan semuanya serba cepat, dan siapa lagi yang tercepat kalau bukan suara-suara itu, suara-suara yang keluar dari dalam lubuk hatiku yang menangis, dengarlah, dia sedang menangis, meratapi, merenungi, membuang kepedihan yang ada didalam diri dan didalam jiwanya, menggantikan satu sisi yang terbuang dari dalam sana, menggantikannya dengan sesuatu yang baru, sesuatu yang aku sendiri tidak tahu apa dan bagaimana menyebutnya, karena aku sendiri tidak pernah mengetahui kalau perasaan itu ada, dan tetap menemaniku hingga sekarang, dan setiap kalimat yang terdengar adalah cobaan untuk diriku menolaknya, dan setiap kalimat yang keluar adalah godaan untuk birahiku, dan aku menjadi semakin mendekat dengannya, tidak lebih indah daripada pemandangan surgawi dan tidak lebih buruk dari peperangan yang terjadi beberapa tahun lalu, namun aku ingin mendengarnya lagi, namun jauh didalam sana, aku tidak ingin mendengarnya lagi, karena aku percaya, kata-kata dan perasaan itu adalah penipu, jadi aku ingin sekali bisa menipu perasaan penipu itu, namun siapa dan bagaimana caranya? bagaimana aku bisa mendekat kedalam suara itu, kalau suara itu ada didalam perasaanku?
Kadar dan kabar keadaan yang kuterima tidak lebih baik dari pembantaian hewan ditempat pembantaian, suara dan jiwa yang kudengar tidak lebih dari pembersihan suku dan ras di daerah sana, perlakuan dan kelakukan mereka juga sama jahanamnya seperti rasa pesimistis yang ada didalam batinku. setiap keterlambatan kata yang keluar dari mulutmu, sama seperti percepatan waktu yang seakan ditabung untuk beberapa saat, dan ketika tanganku dan tangan mereka bertemu, maka yang terjadi adalah kesatuan, dimana yang menyatu tidak hanya sentuhan-sentuhan secara fisik, namun juga kesatuan dosa-dosa yang abadi dan kekal... kata-kata ini aku yakin sangatlah susah dimengerti oleh dirimu, karena aku sendiri tidak menyanggupi dan tidak memberikan janjiku untuk bisa menulis kata-kata ini, terlalu banyak kata yang terbuang percuma, karena didalam pikiranku sendiri, hanya ada beberapa kata aktif dan ribuan kata pasif, dimana ular yang selalu melingkar dibahuku? dia yang selalu membimbingku dikala aku kehabisan kata-kata, dan setiap kata bimbingan itu akan membuatku kaya kembali, kaya dalam arti budi dan akal...
gelap dan terang adalah permainan diriku sehari-hari, aku adalah pemegang saklar senter yang bisa dengan seenaknya menekan gelap atau terang, semua cahaya itu keluar begitu cepat, sesuai dengan kehendakku dimana aku menginginkan semuanya serba cepat, dan siapa lagi yang tercepat kalau bukan suara-suara itu, suara-suara yang keluar dari dalam lubuk hatiku yang menangis, dengarlah, dia sedang menangis, meratapi, merenungi, membuang kepedihan yang ada didalam diri dan didalam jiwanya, menggantikan satu sisi yang terbuang dari dalam sana, menggantikannya dengan sesuatu yang baru, sesuatu yang aku sendiri tidak tahu apa dan bagaimana menyebutnya, karena aku sendiri tidak pernah mengetahui kalau perasaan itu ada, dan tetap menemaniku hingga sekarang, dan setiap kalimat yang terdengar adalah cobaan untuk diriku menolaknya, dan setiap kalimat yang keluar adalah godaan untuk birahiku, dan aku menjadi semakin mendekat dengannya, tidak lebih indah daripada pemandangan surgawi dan tidak lebih buruk dari peperangan yang terjadi beberapa tahun lalu, namun aku ingin mendengarnya lagi, namun jauh didalam sana, aku tidak ingin mendengarnya lagi, karena aku percaya, kata-kata dan perasaan itu adalah penipu, jadi aku ingin sekali bisa menipu perasaan penipu itu, namun siapa dan bagaimana caranya? bagaimana aku bisa mendekat kedalam suara itu, kalau suara itu ada didalam perasaanku?
Thursday, June 22, 2006
(161) Coz Nosh Aboite
bagaimana aku bisa menghilang darimu, ketika dirimu adalah udara yang kuhirup, engkau adalah air yang kuminum, makanan yang kulahap, engkau adalah siang yang tidak bisa kutolak, engkau adalah malam tempatku berteduh, beritahu bagaimana aku bisa tidak terlihat olehmu, karena aku terlalu malu untuk bertemu denganmu, aku adalah debu kotor yang mudah terombang-ambing oleh kencangnya angin, aku adalah busur panah dimana bulu panahku sudah tersobek oleh kerasnya batu, dan arah yang kutuju tidaklah menentu dan tidak jelas, siapakah aku untuk bisa bertemu denganmu? siapakah aku hingga aku pantas untukmu? tetapi engkau mengangkatku dari angin yang kencang itu, engkau membersihkan aku dari debu, engkau membasuh lukaku dengan air yang segar itu, dan engkau memelukku seakan aku adalah saudaramu, bagaimana aku bisa pergi darimu kalau engkau memang sebaik itu kepada diriku?
apa yang telah aku lakukan selama ini? hanya prosesi pengecewaan dirimu, dan mataku juga terbutakan oleh harga diriku yang harganya tidak lebih dari 2 keping perunggu yang sudah rusak, aku adalah air mata kebodohan, dimana aku sendiri menangis untuk diriku sendiri....bagaimana aku bisa membunuh diriku sendiri kalau engkau setiap saat mengawasiku dan menjaga tubuhku? bagaimana aku bisa pergi darimu? beritahu aku caranya untuk pergi darimu, karena ini adalah ucapan seorang munafik yang merasa sangat ingin diperhatikan namun ia merasa malu untuk diperhatikan, jadi bagaimana caranya, Tuhanku?
apa yang telah aku lakukan selama ini? hanya prosesi pengecewaan dirimu, dan mataku juga terbutakan oleh harga diriku yang harganya tidak lebih dari 2 keping perunggu yang sudah rusak, aku adalah air mata kebodohan, dimana aku sendiri menangis untuk diriku sendiri....bagaimana aku bisa membunuh diriku sendiri kalau engkau setiap saat mengawasiku dan menjaga tubuhku? bagaimana aku bisa pergi darimu? beritahu aku caranya untuk pergi darimu, karena ini adalah ucapan seorang munafik yang merasa sangat ingin diperhatikan namun ia merasa malu untuk diperhatikan, jadi bagaimana caranya, Tuhanku?
Wednesday, June 21, 2006
(160) Play Filth
masa laluku terkekang dalam sebuah kecaman, sebuah hadiah ketakutan untuk diriku, dan aku terlelap dalam kegelapan, sayapku sendiri mulai berubah menjadi layu dan juga tidak mau mengembang, karena setiap helai bulu yang ada disayapku merasakan ketakutan itu, dan juga masa laluku juga mengekang mataku untuk tidak bisa melihat, sehingga hanya warna hitam yang bisa kulihat, jari-jariku mengeras dan rapuh, udara yang kuhirup adalah udara yang berbau belerang, dan juga apabila aku menarik tanganku kebelakang tubuhku, aku bisa merasakan bekas-bekas luka cambuk yang dihadiahi kepada tubuhku,
setiap helai rambutku juga mati, tidak indah, tidak terasa, setiap tanduk yang ada didalam tubuhku mulai keluar, mengeluarkan darah mati yang sudah mengendap didalam tubuhku, dan aku juga tahu kalau lapangan bermainku hanyalah berbentuk lingkaran dimana banyak tiang-tiang yang mengelilingi diriku, apa yang mereka sebut? sangkar? kandang? tidak, tidak, aku menyebutnya sebagai pelindung diriku, karena tubuhku begitu rapuh, begitu juga sayapku, dan juga aku tidak bisa bergerak terlalu banyak dan terlalu jauh, karena kedua tangan dan kakiku dihadiahi sebuah kalung yang terbuat dari rantai, aku tidak boleh pergi dari sini, aku tahu itu, namun aku ingin sekali keluar, aku ingin sekali merasakan lagi segarnya air, aku ingin mendengar lagu lagi, karena yang bisa kudengar sekarang hanyalah teriakan-teriakan memelas dan meminta tolong, meminta agar mereka diampuni... entah diampuni untuk apa...
aku tidak pernah berbicara lagi, sejak sayapku menjadi kotor, aku menahan setiap kata yang ingin keluar dari mulutku, karena apabila aku membuka mulutku, maka lintah-lintah itu akan keluar dari dalam mulutku, dan aku tidak ingin lapangan bermainku dihujani oleh lintah-lintah itu, tapi aku sangat merasa kesepian, aku ingin ada seseorang, sesuatu yang bisa menemani diriku pada saat aku disini, aku ingin memegang seseorang, sesuatu, tidak hanya rantai ini dan tubuhku, aku juga ingin dipeluk, oleh seseorang, sesuatu, karena aku ingin merasakan lagi kehangatan itu, namun itu semua hanyalah fantasi belaka yang tidak akan pernah datang menghampiriku, karena hanya ada satu caranya untuk keluar dari sini..
aku mendongakkan kepalaku tegak lurus keatas, sebuah lubang untuk keluar, sebuah lubang berwarna putih diantara semua yang berwarna hitam, tetapi warna putih itu sangatlah kecil, dan sangat terasa sangat-sangat jauh, aku butuh sayapku untuk bisa terbang kesana, tetapi bagaimana aku bisa mengembangkan lagi sayapku, karena sayapku ketakutan, gemetaran dan kehilangan satu helai bulunya setiap hari, dan aku juga merasa ketakutan, karena didepan sangkar ini, terdapat berjuta-juta sangkar lain yang menuju kedalam api itu, aku tidak ingin masuk kedalam api itu, bagaimana caranya? ayo, sayapku, kembangkan sayapmu, dan bawa aku pergi dari sini...sebelum kita sama-sama terbakar selamanya di api itu.
setiap helai rambutku juga mati, tidak indah, tidak terasa, setiap tanduk yang ada didalam tubuhku mulai keluar, mengeluarkan darah mati yang sudah mengendap didalam tubuhku, dan aku juga tahu kalau lapangan bermainku hanyalah berbentuk lingkaran dimana banyak tiang-tiang yang mengelilingi diriku, apa yang mereka sebut? sangkar? kandang? tidak, tidak, aku menyebutnya sebagai pelindung diriku, karena tubuhku begitu rapuh, begitu juga sayapku, dan juga aku tidak bisa bergerak terlalu banyak dan terlalu jauh, karena kedua tangan dan kakiku dihadiahi sebuah kalung yang terbuat dari rantai, aku tidak boleh pergi dari sini, aku tahu itu, namun aku ingin sekali keluar, aku ingin sekali merasakan lagi segarnya air, aku ingin mendengar lagu lagi, karena yang bisa kudengar sekarang hanyalah teriakan-teriakan memelas dan meminta tolong, meminta agar mereka diampuni... entah diampuni untuk apa...
aku tidak pernah berbicara lagi, sejak sayapku menjadi kotor, aku menahan setiap kata yang ingin keluar dari mulutku, karena apabila aku membuka mulutku, maka lintah-lintah itu akan keluar dari dalam mulutku, dan aku tidak ingin lapangan bermainku dihujani oleh lintah-lintah itu, tapi aku sangat merasa kesepian, aku ingin ada seseorang, sesuatu yang bisa menemani diriku pada saat aku disini, aku ingin memegang seseorang, sesuatu, tidak hanya rantai ini dan tubuhku, aku juga ingin dipeluk, oleh seseorang, sesuatu, karena aku ingin merasakan lagi kehangatan itu, namun itu semua hanyalah fantasi belaka yang tidak akan pernah datang menghampiriku, karena hanya ada satu caranya untuk keluar dari sini..
aku mendongakkan kepalaku tegak lurus keatas, sebuah lubang untuk keluar, sebuah lubang berwarna putih diantara semua yang berwarna hitam, tetapi warna putih itu sangatlah kecil, dan sangat terasa sangat-sangat jauh, aku butuh sayapku untuk bisa terbang kesana, tetapi bagaimana aku bisa mengembangkan lagi sayapku, karena sayapku ketakutan, gemetaran dan kehilangan satu helai bulunya setiap hari, dan aku juga merasa ketakutan, karena didepan sangkar ini, terdapat berjuta-juta sangkar lain yang menuju kedalam api itu, aku tidak ingin masuk kedalam api itu, bagaimana caranya? ayo, sayapku, kembangkan sayapmu, dan bawa aku pergi dari sini...sebelum kita sama-sama terbakar selamanya di api itu.
Tuesday, June 20, 2006
(159) Nork Approaches
huff...
ok, ayo kita mulai, apa yang ingin kau lakukan?
berbicaralah dengan lantang kepada diriku, maka aku akan segera menaikkan tanganku ketelingaku dan aku akan menekan telingaku dalam-dalam agar aku tidak bisa mendengar apa yang engkau katakan kepadaku.
lihatlah aku dengan tatapan egomu yang tidak ramah itu, terserah berapa lama engkau mau menatapku, karena aku akan memejamkan mataku serapat mungkin dan aku tidak akan melihatmu menatap diriku, terserah dirimu,
semua yang kaulakukan selama ini adalah kemuakan abadi yang telah aku pendam, bertahun-tahun lamanya, dan aku berpikir secara positif, aku harus mengakhiri semua ini, dengan berbagai macam cara, harus!
namun aku harus menenangkan diriku sebelum aku memulai semuanya ini, aku mengambil nafas panjang dan aku menutup kelopak mataku,pada saat aku memejamkan mataku, aku mengumpulkan kekuatanku untuk memberikan pelajaran kepada dirimu, dan pada saat aku membuka mataku, aku akan berjalan menghampiri dirimu, mengambil pisau yang kuselipkan dibalik bajuku, menusukkannya keperutmu berkali-kali, dan pada saat engkau mengerang kesakitan, aku akan meninju mukamu, berkali-kali, hingga kacamata yang engkau pecah, dan aku akan memaksa memasukkan setiap pecahan kaca itu kedalam matamu, agar engkau tahu apa rasanya rasa sakit itu, dan kemudian aku akan membuka mulutmu, mencari lidahmu, menariknya keluar dengan tanganku, dan kemudian memotongnya, agar engkau tahu apa rasanya putus asa, dan yang terakhir, aku akan memotong telingamu dengan pisau yang sama, memotong kedua telingamu, agar engkau tahu apa arti dari kesepian, dan setelah semuanya selesai, aku akan berdiri, dengan lumuran darahmu, menutup lagi kedua mataku, menenangkan jiwa dan tubuhku yang rapuh dan gemetar ini, menghirup nafas lagi, kemudian aku akan berjalan meninggalkan dirimu lagi, tanpa pernah melihat ke belakang, meninggalkan dirimu yang meregang nyawa dan menahan sakit....sekarang tugasku hanya tinggal satu, mencari korbanku yang satu lagi, yang terakhir.... si pelacur keparat itu..
ok, ayo kita mulai, apa yang ingin kau lakukan?
berbicaralah dengan lantang kepada diriku, maka aku akan segera menaikkan tanganku ketelingaku dan aku akan menekan telingaku dalam-dalam agar aku tidak bisa mendengar apa yang engkau katakan kepadaku.
lihatlah aku dengan tatapan egomu yang tidak ramah itu, terserah berapa lama engkau mau menatapku, karena aku akan memejamkan mataku serapat mungkin dan aku tidak akan melihatmu menatap diriku, terserah dirimu,
semua yang kaulakukan selama ini adalah kemuakan abadi yang telah aku pendam, bertahun-tahun lamanya, dan aku berpikir secara positif, aku harus mengakhiri semua ini, dengan berbagai macam cara, harus!
namun aku harus menenangkan diriku sebelum aku memulai semuanya ini, aku mengambil nafas panjang dan aku menutup kelopak mataku,pada saat aku memejamkan mataku, aku mengumpulkan kekuatanku untuk memberikan pelajaran kepada dirimu, dan pada saat aku membuka mataku, aku akan berjalan menghampiri dirimu, mengambil pisau yang kuselipkan dibalik bajuku, menusukkannya keperutmu berkali-kali, dan pada saat engkau mengerang kesakitan, aku akan meninju mukamu, berkali-kali, hingga kacamata yang engkau pecah, dan aku akan memaksa memasukkan setiap pecahan kaca itu kedalam matamu, agar engkau tahu apa rasanya rasa sakit itu, dan kemudian aku akan membuka mulutmu, mencari lidahmu, menariknya keluar dengan tanganku, dan kemudian memotongnya, agar engkau tahu apa rasanya putus asa, dan yang terakhir, aku akan memotong telingamu dengan pisau yang sama, memotong kedua telingamu, agar engkau tahu apa arti dari kesepian, dan setelah semuanya selesai, aku akan berdiri, dengan lumuran darahmu, menutup lagi kedua mataku, menenangkan jiwa dan tubuhku yang rapuh dan gemetar ini, menghirup nafas lagi, kemudian aku akan berjalan meninggalkan dirimu lagi, tanpa pernah melihat ke belakang, meninggalkan dirimu yang meregang nyawa dan menahan sakit....sekarang tugasku hanya tinggal satu, mencari korbanku yang satu lagi, yang terakhir.... si pelacur keparat itu..
Thursday, June 08, 2006
(158) No One As Beautiful As…
aku menatap dirimu lebih lembut dari sebelumnya dan engkau membalas juga tatapanku dengan lembut, bola matamu yang bundar dan terlihat cantik itu menyiratkan isi hatimu yang terpendam untuk diriku,
lihatlah dirimu, begitu sempurna, tanpa cacat sedikitpun, setiap senti dari kulitmu adalah pijakan surga bagi jemariku untuk berjalan diatasnya, lihatlah, bahkan luka pun tidak tega untuk melukai kulit dan dirimu, betapa sempurnanya dirimu. kulitmu begitu halus dan juga memancarkan keharuman yang aku tidak tahu bagaimana bisa aku menceritakan keharumannya, namun hingga kini setiap senti kulitmu itu adalah godaan bagi diriku, karena aku tidak bisa menyentuhnya.
aku mengembangkan senyumku dan engkau juga membalas senyumanku, betapa senangnya jiwaku ini, jiwa yang tadinya rapuh, namun jiwa ini kembali menemukan kembali ketidakrapuhannya dengan melihat dirimu,
setiap helai rambutmu begitu mempesona diriku, kumpulan helai rambut yang membentuk model terbaik untuk dirimu, kilauan rambutmu membuat manja mataku dan aku yakin aku tidak akan bosan melihat helai-helai itu terurai, terurai hanya untuk diriku, aku mengangkat tanganku dan sama seperti seperti gerakanku, engkau juga mengangkat tanganmu untuk menyambut tanganku dan membiarkan dirimu menyatu dengan diriku, betapa aku mencintai dirimu, betapa kata sayang tidaklah cukup untuk membuktikan aku sungguh menginginkanmu...
setiap kata yang aku ucapkan sekarang, engkau juga mengucapkannya kembali, sama persis setiap huruf dan setiap nadanya, aku tahu engkau begitu sayang juga kepadaku, dan aku juga mengetahui kalau hati kita telah menyatu, namun tubuh kita belum bersatu, bagaimana aku bisa menyatukan tubuhku ini dengan tubuhmu,
aku berjalan, mengangkat satu langkahku, dan engkau juga melakukan hal yang sama, setiap langkah yang kuambil adalah setiap langkah yang kau ambil juga, dan setiap langkah itu mendekatkan engkau dengan aku, cintaku, aku sayang kepadamu, namun aku merasa sedih, merasa berat, karena aku hanya bisa melihatmu, namun aku tidak bisa menyentuhmu.
sayangku..tidak ada orang yang sesempurna dirimu, dan bagaimana aku bingung bagaimana aku bisa menyentuhmu? karena kamu adalah bayangan diriku yang hanya bisa kulihat saja dibalik cermin itu... dan aku sungguh mencintai dirimu, lebih dari apapun di dunia ini, kuharap engkau juga mencintai diriku..
lihatlah dirimu, begitu sempurna, tanpa cacat sedikitpun, setiap senti dari kulitmu adalah pijakan surga bagi jemariku untuk berjalan diatasnya, lihatlah, bahkan luka pun tidak tega untuk melukai kulit dan dirimu, betapa sempurnanya dirimu. kulitmu begitu halus dan juga memancarkan keharuman yang aku tidak tahu bagaimana bisa aku menceritakan keharumannya, namun hingga kini setiap senti kulitmu itu adalah godaan bagi diriku, karena aku tidak bisa menyentuhnya.
aku mengembangkan senyumku dan engkau juga membalas senyumanku, betapa senangnya jiwaku ini, jiwa yang tadinya rapuh, namun jiwa ini kembali menemukan kembali ketidakrapuhannya dengan melihat dirimu,
setiap helai rambutmu begitu mempesona diriku, kumpulan helai rambut yang membentuk model terbaik untuk dirimu, kilauan rambutmu membuat manja mataku dan aku yakin aku tidak akan bosan melihat helai-helai itu terurai, terurai hanya untuk diriku, aku mengangkat tanganku dan sama seperti seperti gerakanku, engkau juga mengangkat tanganmu untuk menyambut tanganku dan membiarkan dirimu menyatu dengan diriku, betapa aku mencintai dirimu, betapa kata sayang tidaklah cukup untuk membuktikan aku sungguh menginginkanmu...
setiap kata yang aku ucapkan sekarang, engkau juga mengucapkannya kembali, sama persis setiap huruf dan setiap nadanya, aku tahu engkau begitu sayang juga kepadaku, dan aku juga mengetahui kalau hati kita telah menyatu, namun tubuh kita belum bersatu, bagaimana aku bisa menyatukan tubuhku ini dengan tubuhmu,
aku berjalan, mengangkat satu langkahku, dan engkau juga melakukan hal yang sama, setiap langkah yang kuambil adalah setiap langkah yang kau ambil juga, dan setiap langkah itu mendekatkan engkau dengan aku, cintaku, aku sayang kepadamu, namun aku merasa sedih, merasa berat, karena aku hanya bisa melihatmu, namun aku tidak bisa menyentuhmu.
sayangku..tidak ada orang yang sesempurna dirimu, dan bagaimana aku bingung bagaimana aku bisa menyentuhmu? karena kamu adalah bayangan diriku yang hanya bisa kulihat saja dibalik cermin itu... dan aku sungguh mencintai dirimu, lebih dari apapun di dunia ini, kuharap engkau juga mencintai diriku..
Friday, June 02, 2006
(157) Pleasant Serenade
lihat tanganku, kemudian telitilah setiap garis tangan yang aku punya, karena setiap garisnya adalah bagian dari diriku dan aku percaya setiap garis ini menandakan dengan cermat setiap ketidakmampuan dan kelebihanku, telitilah dengan baik-baik dan kemudian palingkan wajahmu kepada hadapanku dan tersenyumlah kepadaku, karena aku ingin meletakkan telapak tanganmu disamping pipimu itu, dan merasakan kehangatan yang selalu engkau keluarkan itu... biarlah pada saat aku meletakkan tanganku pada pipimu, aku bisa merengkah jiwamu, dan engkau tahu kalau aku juga memancarkan kelembutan pada saat aku bersamamu....
berikan aku sebuah kursi, maka aku akan duduk diatas kursi itu, mendengarkan dirimu, melihat dirimu dari sudut pandangku, arahkan aku ke sebuah pintu, maka aku akan berjalan kearah pintu itu, kemudian menutup pintu dan menunggu dirimu dari balik pintu, percayalah aku akan melakukan itu, karena aku tahu setiap perkataan yang aku katakan memang lemah, tetapi didalam setiap kata yang lemah itu ada kekuatan perasaan yang benar-benar kuat dan aku yakin engkau merasakannya juga, apa ada yang salah dengan perkataanku, lihatlah aku sayangku, jangan tersipu malu seperti itu, karena malu adalah sebuah kesalahan besar yang engkau lakukan padaku...
jangan biarkan dirimu dan diriku terhanyut dan dirantai oleh nafsu dan juga birahi yang menyerang secara bersamaan, biarkan kita tidak meliht satu sama lain, tidak menyentuh satu sama lain, tetapi mampu merasakan teriakan hati masing-masing, agar aku bisa menangkap setiap perkataan yang ingin engkau katakan kepadaku, hanya dengan melihat kedalam matamu, biarkan aku merasakan dirimu hanya dengan melihat senyummu, karena aku percaya setiap senyum yang engkau berikan adalah utuh dan benar hanya untukku, lihatlah kulitmu, jauh lebih halus daripada bulu yang melintas dihadapanku, lihatlah matamu, benar-benar jernih, jauh lebih jernih daripada sinar matahari yang menembus mataku...
malam ini adalah malam terakhir aku berada disini, esok aku akan pergi, aku akan berjalan meninggalkan dirimu pada saat dirimu terlelap, aku akan mencari diriku yang hilang pada saat aku terbunuh, dan aku akan kembali kepadamu dengan membawa sebagian diriku yang terbunuh dan aku akan mempersembahkan diriku untuk dirimu sepenuhnya...simpan perasaanmu pada saat ini, agar pada saat aku kembali, aku mendapati dirimu sama seperti sekarang, tetap seperti ini...
berikan aku sebuah kursi, maka aku akan duduk diatas kursi itu, mendengarkan dirimu, melihat dirimu dari sudut pandangku, arahkan aku ke sebuah pintu, maka aku akan berjalan kearah pintu itu, kemudian menutup pintu dan menunggu dirimu dari balik pintu, percayalah aku akan melakukan itu, karena aku tahu setiap perkataan yang aku katakan memang lemah, tetapi didalam setiap kata yang lemah itu ada kekuatan perasaan yang benar-benar kuat dan aku yakin engkau merasakannya juga, apa ada yang salah dengan perkataanku, lihatlah aku sayangku, jangan tersipu malu seperti itu, karena malu adalah sebuah kesalahan besar yang engkau lakukan padaku...
jangan biarkan dirimu dan diriku terhanyut dan dirantai oleh nafsu dan juga birahi yang menyerang secara bersamaan, biarkan kita tidak meliht satu sama lain, tidak menyentuh satu sama lain, tetapi mampu merasakan teriakan hati masing-masing, agar aku bisa menangkap setiap perkataan yang ingin engkau katakan kepadaku, hanya dengan melihat kedalam matamu, biarkan aku merasakan dirimu hanya dengan melihat senyummu, karena aku percaya setiap senyum yang engkau berikan adalah utuh dan benar hanya untukku, lihatlah kulitmu, jauh lebih halus daripada bulu yang melintas dihadapanku, lihatlah matamu, benar-benar jernih, jauh lebih jernih daripada sinar matahari yang menembus mataku...
malam ini adalah malam terakhir aku berada disini, esok aku akan pergi, aku akan berjalan meninggalkan dirimu pada saat dirimu terlelap, aku akan mencari diriku yang hilang pada saat aku terbunuh, dan aku akan kembali kepadamu dengan membawa sebagian diriku yang terbunuh dan aku akan mempersembahkan diriku untuk dirimu sepenuhnya...simpan perasaanmu pada saat ini, agar pada saat aku kembali, aku mendapati dirimu sama seperti sekarang, tetap seperti ini...
Subscribe to:
Posts (Atom)