masa laluku terkekang dalam sebuah kecaman, sebuah hadiah ketakutan untuk diriku, dan aku terlelap dalam kegelapan, sayapku sendiri mulai berubah menjadi layu dan juga tidak mau mengembang, karena setiap helai bulu yang ada disayapku merasakan ketakutan itu, dan juga masa laluku juga mengekang mataku untuk tidak bisa melihat, sehingga hanya warna hitam yang bisa kulihat, jari-jariku mengeras dan rapuh, udara yang kuhirup adalah udara yang berbau belerang, dan juga apabila aku menarik tanganku kebelakang tubuhku, aku bisa merasakan bekas-bekas luka cambuk yang dihadiahi kepada tubuhku,
setiap helai rambutku juga mati, tidak indah, tidak terasa, setiap tanduk yang ada didalam tubuhku mulai keluar, mengeluarkan darah mati yang sudah mengendap didalam tubuhku, dan aku juga tahu kalau lapangan bermainku hanyalah berbentuk lingkaran dimana banyak tiang-tiang yang mengelilingi diriku, apa yang mereka sebut? sangkar? kandang? tidak, tidak, aku menyebutnya sebagai pelindung diriku, karena tubuhku begitu rapuh, begitu juga sayapku, dan juga aku tidak bisa bergerak terlalu banyak dan terlalu jauh, karena kedua tangan dan kakiku dihadiahi sebuah kalung yang terbuat dari rantai, aku tidak boleh pergi dari sini, aku tahu itu, namun aku ingin sekali keluar, aku ingin sekali merasakan lagi segarnya air, aku ingin mendengar lagu lagi, karena yang bisa kudengar sekarang hanyalah teriakan-teriakan memelas dan meminta tolong, meminta agar mereka diampuni... entah diampuni untuk apa...
aku tidak pernah berbicara lagi, sejak sayapku menjadi kotor, aku menahan setiap kata yang ingin keluar dari mulutku, karena apabila aku membuka mulutku, maka lintah-lintah itu akan keluar dari dalam mulutku, dan aku tidak ingin lapangan bermainku dihujani oleh lintah-lintah itu, tapi aku sangat merasa kesepian, aku ingin ada seseorang, sesuatu yang bisa menemani diriku pada saat aku disini, aku ingin memegang seseorang, sesuatu, tidak hanya rantai ini dan tubuhku, aku juga ingin dipeluk, oleh seseorang, sesuatu, karena aku ingin merasakan lagi kehangatan itu, namun itu semua hanyalah fantasi belaka yang tidak akan pernah datang menghampiriku, karena hanya ada satu caranya untuk keluar dari sini..
aku mendongakkan kepalaku tegak lurus keatas, sebuah lubang untuk keluar, sebuah lubang berwarna putih diantara semua yang berwarna hitam, tetapi warna putih itu sangatlah kecil, dan sangat terasa sangat-sangat jauh, aku butuh sayapku untuk bisa terbang kesana, tetapi bagaimana aku bisa mengembangkan lagi sayapku, karena sayapku ketakutan, gemetaran dan kehilangan satu helai bulunya setiap hari, dan aku juga merasa ketakutan, karena didepan sangkar ini, terdapat berjuta-juta sangkar lain yang menuju kedalam api itu, aku tidak ingin masuk kedalam api itu, bagaimana caranya? ayo, sayapku, kembangkan sayapmu, dan bawa aku pergi dari sini...sebelum kita sama-sama terbakar selamanya di api itu.
No comments:
Post a Comment