tembusan dan tebusan itu sama saja untukku, mereka sama seperti jalur dan lajur yang saling bertabrakan dari utara dan selatan, sama selarasnya seperti kiri dan kanan, sama pentingnya seperti atas dan bawah, namun perbedaannya hanya pada di titik tengah, yah, ketika rasa bosan yang mengikuti dirimu selama ini tergantikan dengan rasa kusam yang kurang lebih sama seperti pasir yang masuk kedalam gelas itu, dan mereka akan menyebut pasir-pasir itu sebagai "waktu", setiap pasir adalah bagian dari waktu itu, dan waktu itu adalah bagian dari hidupku, dan hidupku adalah bagian dari cerita, dan cerita ini adalah kumpulan dari riwayat, daftar yang sedang disusun.
Kadar dan kabar keadaan yang kuterima tidak lebih baik dari pembantaian hewan ditempat pembantaian, suara dan jiwa yang kudengar tidak lebih dari pembersihan suku dan ras di daerah sana, perlakuan dan kelakukan mereka juga sama jahanamnya seperti rasa pesimistis yang ada didalam batinku. setiap keterlambatan kata yang keluar dari mulutmu, sama seperti percepatan waktu yang seakan ditabung untuk beberapa saat, dan ketika tanganku dan tangan mereka bertemu, maka yang terjadi adalah kesatuan, dimana yang menyatu tidak hanya sentuhan-sentuhan secara fisik, namun juga kesatuan dosa-dosa yang abadi dan kekal... kata-kata ini aku yakin sangatlah susah dimengerti oleh dirimu, karena aku sendiri tidak menyanggupi dan tidak memberikan janjiku untuk bisa menulis kata-kata ini, terlalu banyak kata yang terbuang percuma, karena didalam pikiranku sendiri, hanya ada beberapa kata aktif dan ribuan kata pasif, dimana ular yang selalu melingkar dibahuku? dia yang selalu membimbingku dikala aku kehabisan kata-kata, dan setiap kata bimbingan itu akan membuatku kaya kembali, kaya dalam arti budi dan akal...
gelap dan terang adalah permainan diriku sehari-hari, aku adalah pemegang saklar senter yang bisa dengan seenaknya menekan gelap atau terang, semua cahaya itu keluar begitu cepat, sesuai dengan kehendakku dimana aku menginginkan semuanya serba cepat, dan siapa lagi yang tercepat kalau bukan suara-suara itu, suara-suara yang keluar dari dalam lubuk hatiku yang menangis, dengarlah, dia sedang menangis, meratapi, merenungi, membuang kepedihan yang ada didalam diri dan didalam jiwanya, menggantikan satu sisi yang terbuang dari dalam sana, menggantikannya dengan sesuatu yang baru, sesuatu yang aku sendiri tidak tahu apa dan bagaimana menyebutnya, karena aku sendiri tidak pernah mengetahui kalau perasaan itu ada, dan tetap menemaniku hingga sekarang, dan setiap kalimat yang terdengar adalah cobaan untuk diriku menolaknya, dan setiap kalimat yang keluar adalah godaan untuk birahiku, dan aku menjadi semakin mendekat dengannya, tidak lebih indah daripada pemandangan surgawi dan tidak lebih buruk dari peperangan yang terjadi beberapa tahun lalu, namun aku ingin mendengarnya lagi, namun jauh didalam sana, aku tidak ingin mendengarnya lagi, karena aku percaya, kata-kata dan perasaan itu adalah penipu, jadi aku ingin sekali bisa menipu perasaan penipu itu, namun siapa dan bagaimana caranya? bagaimana aku bisa mendekat kedalam suara itu, kalau suara itu ada didalam perasaanku?
No comments:
Post a Comment