Monday, March 27, 2006

Letter From Wars

wanita itu berjalan kearah kotak pos yang tertancap di depan rumahnya, kotak pos usang berwarna merah yang terbuat dari kayu,hari itu siang yang sangat cerah dan pada saat dia membuka tutup kota pos itu, dia tersenyum karena itu adalah surat yang sangat ditunggu olehnya selama ini, surat itu adalah surat dari anaknya yang sedang berperang disuatu tempat yang jauh dari yang namanya "rumah"..

dalam suratnya anaknya bercerita begitu banyak tentang cuaca di tempat itu,berapa suhunya, bagaimana makanan disana, dan betapa banyak latihan yang sudah dia dapatkan selama ini, dan sudah berapa banyak teman yang dia dapatkan, dan semua temannya menyukainya juga, dan dia jadi sering berpikir banyak tentang kehidupan ayahnya yang sudah meninggal dan berpikir akan betapa bangganya ayahnya kepadanya, dan tentang semua kehidupannya sebelum dia pergi berperang.. dan apapun yang sudah terjadi, dia tahu dia harus pergi berperang, dan pada akhir surat itu dia berkata, "ibu, engkaulah satu-satunya alasan aku pergi berperang dan melakukan semua ini! aku menyayangimu" dan itu adalah surat pertama dari perang yang datang dari anaknya itu....sang ibu memeluk lembaran surat itu..seakan-akan anaknyalah yang ia peluk..

pada bulan desember, pada hari yang tidak akan pernah dia lupakan,
semua airmatanya membasahi surat yang ada ditangannya, membasahi seluruh huruf-huruf pena yang ada diatas kertas surat itu..dan tidak ada yang bisa membuatnya tangisnya berhenti, matanya tidak lagi bisa membaca dengan jelas apa yang tertulis disurat itu, namun ia tahu hatinya tersayat menjadi beribu-ribu pecahan, dan pecahan itu menghilang...

surat itu berkata :
"aku berada diatas sebuh bukit, aku sendirian, ketakutan, tanpa teman, senjataku rusak.. dan yang bisa kudengar adalah suara tembakan dimana-mana, dan puluhan bom meledak yang memekakkan telingaku, dan aku tidak bisa melihat apa-apa, dan pada saat itulah aku melihatnya, dia datang kembali untuk diriku, berusaha menyelamatkanku, membimbingku kembali ketempat kami datang, dan dia melawan bertempur begitu berani, begitu hebat, walaupun pada akhirnya dia tertangkap, seorang pria menyelamatkan aku, dan pria itu adalah anakmu, dia berpesan kepadaku sebelum tertangkap,"tulislah surat untuk ibuku dirumah, berjanjilah kepadaku!" aku berkata kepadanya, aku akan menulis kepada ibunya, aku bersumpah!..karena dialah aku bisa selamat, tiba di tempat kami datang dengan selamat, dan sesuai janjiku kepadanya, aku menulis surat ini kepada anda"

dan itu adalah surat berikutnya yang datang kepada wanita itu diakhir musim dingin ini...dan perang masih akan berlanjut..

dan dia berdoa kepada tuhan, berdoa sekuat tenaga dan sekuat hatinya, berdoa agar anaknya yang ditahan, tetap hidup dan selamat, dan setiap hari dia terus bergumul, memaksa dirinya untuk mempercayai anaknya pasti tetap hidup dan menulis surat balasan kepada alamat skuadron anaknya setiap harinya, menulis hal yang sama dalam setiap surat:"anakku, kamu berani dan kamu sangat baik, kamu akan menjadi ayah dan suami yang sangat baik untuk anak-anakmu, pulanglah dengan selamat dan pulanglah segera, ibu menunggumu"
dan dia terus menulis surat itu setiap hari, tanpa lelah, berharap setiap harinya kalau akan ada balasan yang datang, namun hanya kesepian yang menjadi temannya...

kemudian delapan tahun berikutnya, daun-daunmusim gugur seakan berjanjian untuk menutupi halaman depan rumah wanita itu, dan kini sebuah mobil berjalan pelan, wanita itu mendengar suara mobil itu, dan dia keluar dari rumahnya, melihat mobil itu, dan wanita itu menangis, terisak, tanpa bisa berkata-kata pada saat dia melihat mobil itu, mobil hitam mengkilat, dan mobil itu berhenti ditaman dimana anaknya biasa bermain disana, dan dari mobil itu keluar seorang kapten, dia tidak akan lupa wajah itu, itu adalah wajah anaknya, yang sangat disayanginya, yang ditunggunya selama bertahun-tahun, yang ditunggunya tanpa kabar, namun semua kecemasannya sekarang sirna karena satu senyuman dari anaknya membuat dunia ini berhenti berputar dan semua ketakutan itu hilang dari pelupuk hatinya..

anak itu menurunkan semua tasnya, dan memegang seluruh surat yang didapat dari ibunya selama dia berperang, dia berlari mendekati ibunya, berkata dengan tegas didepan mata ibunya: "Ibu, aku mengikuti perintahmu dari semua suratmu, dan kini aku pulang dengan selamat"... kemudian dia memeluk ibunya, dan pelukan itulah yang sangat-sangat ditunggu oleh sang ibu, dan dia percaya kalau doanya didengar oleh tuhan, dan matanya yang berkeriput karena tangisan itu seakan mencerminkan setiap garis usahanya, dan berkata :"terimakasih, engkau sudah membawa kembali anakku"

"adaptated from Mark Schultz, Letters From Wars"

No comments: