"Semua akan baik-baik saja, Semua akan baik-baik saja …" ucap mereka kepadaku, sebuah panduan semangat yang saat ini harusnya kutiru dan kuambil, namun apa yang aku berikan kepada mereka? hanyalah tatapan tidak suka yang terpancar dari mataku. bagaimana mereka bisa mengatakan semua akan baik-baik saja? aku tahu aku yang melakukan kesalahan, aku tahu aku yang harusnya dihukum … dan sekarang aku sedang dihukum. semua macam pikiran terburukku datang dan menghampiri jiwaku, menerkam perlahan-lahan setiap sudut jiwaku, membuatku mati perlahan. aku merasa sungguh tidak berdaya sekarang, sungguh … aku tidak bisa berbuat apa-apa. kemarin aku masih baik-baik saja, tetapi lihatlah diriku sekarang. rapuh dan begitu mudah terpancing oleh serbuan suara yang menyuruhku memotong urat nadiku. jujur, ingin aku melukai tubuh dan juga memotong urat nadiku. namun aku pernah lolos dari kematian beberapa kali, dan aku merasa enggan untuk bermain dengan kematian, karena aku tahu aku tidak akan mendapatkan apa-apa. apa yang harus aku cari sekarang? sesuatu yang harusnya aku pertahankan sekarang sudah mulai perlahan goyah dan menghilang, namun mereka semua tetap berada di pojokan sana, berteriak sekuat mereka untuk menyemangatiku. namun jawaban yang aku berikan tetap sama, aku masih menatap mereka sinis. bagaimana bisa mereka mengerti akan keadaanku? mereka berada di kursi penonton, sedangkan aku … aku adalah pemain utamanya. tapi rasa sombongku itu benar-benar menjatuhkan diriku. aku melihat kebawah dan menemukan kalau diriku tidaklah ada artinya, hanya seperti seekor semut yang berada ditengah-tengah manusia yang berlalu-lalang, begitu mudah terinjak dan menghilang. dan mungkin itulah yang sedang aku lakukan sekarang, aku sedang terinjak dan berharap aku menghilang. namun kenyataannya? aku tetap disini, masih sama seperti sedia kala. Kini mereka menyuruhku untuk maju, aku tidak mau beranjak maju, aku ingin tetap disini, aku malas untuk bergerak maju. karena aku takut akan apa yang akan aku hadapi didepan sana nantinya. namun semakin aku menolak teriakan mereka, semakin kencang teriakan mereka terdengar di telingaku, "jangan takut … jangan takut. Semuanya akan baik-baik saja. Percayalah. Meskipun saat ini di hadapanmu adalah jalan yang menanjak dan penuh dengan duri. namun melangkahlah dengan gagah berani."
aku melihat kedua kakiku dari tempatku berada, apa yang aku rasakan sekarang? tidak ada, benar-benar tidak ada, yang ada hanyalah rasa bosan dan malas akan segala sesuatunya. sesuatu yang tadinya bernilai tambah untukku sekarang tidak bernilai lagi. aku juga merasa semangatku semakin mengendur, entah berapa lama hingga ia akan menghilang. aku tidak bersuara sedikitpun sedari tadi, karena aku malas mengomentari sesuatu yang menurutku tidak akan lagi kulihat. apa yang harus aku lakukan disini? aku tidak tahu, kemanakah aku harus mencari jawabannya? aku tidak tahu. kemanakah aku harus bertanya untuk sebuah petunjuk? disini hanya ada aku seorang, tidak ada lagi yang lain. apakah aku yang diharuskan bertanya kepada diriku sendiri? aku enggan melakukannya, karena aku mengenal diriku sendiri… saat ini diriku tidak mau diajak berbicara tentang apapun juga. entah sampai kapan. suara-suara iblis itu masih merasuki kepalaku, masih menyuruhku untuk memutuskan urat nadiku. aku memejamkan kedua mataku untuk sejenak. anehnya, pikiranku mengajakku berkeliling untuk melihat semua yang telah aku alami, apa yang telah aku lakukan, dan anehnya semua terasa damai dan hidupku menjadi semakin berat. aku seperti terperangkap didalam sangkar impianku sendiri. apa yang harus aku lakukan? haruskah aku mencoba melangkah? haruskah aku mencoba bergerak walaupun hanya sedikit?
No comments:
Post a Comment