Monday, May 25, 2009

(207) Devastation + Obliteration = Eccasorbation

Lagi-lagi aku meluluhlantakkan kedua tulang lututku untuk berlutut didepanmu. aku tidak lagi kuat menanggung beban hatiku ini. aku berlutut tanpa tahu harus berkata apa kepadamu, hanya air mata dan teriakan yang tidak bersuara yang bisa kuberikan padamu. kedua lututku bergetar karena aku berlutut disini dengan masalah yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya. aku tidak meminta jalanku dibukakan, aku tidak meminta bisa mendengar suaramu, tubuhku lemas, mengangkat kepalaku pun aku tak lagi kuat. sudahkah kekuatanku habis? sudahkah logikaku membutakan mataku dari jalanmu? sehingga aku tidak lagi tahu apa rencanamu? sudahkah keegoisanku mengambil jiwa terdalamku hingga aku tidak lagi bisa menempuh kebaikanmu? apakah hatiku sudah terbakar oleh emosiku sendiri? masihkah aku diberkati untuk setiap tindakanku? aku tidak lagi bisa merasakan kebaikanmu.
kenapa aku merasa begitu kosong? walaupun aku sudah melewati begitu banyak perubahan dalam hidup, namun tetap semuanya kosong. Aku mengerti jalanku masihlah panjang dan berat, namun kenyataannya adalah aku tidak pernah mendapatkan aku yang ingin kudapatkan, kalaupun aku menginginkannya, engkau tidak pernah memberikan kepadaku jalannya. Kenapa hidup harus begitu pahit? Meskipun aku akui ada beberapa rasa manis yang sempat hinggap disini. Rasa kosong ini memenuhi setiap aspek hidupku dan setiap harinya membuatku semakin kosong. Apakah usahaku tidak cukup untuk membuktikan semuanya. Apakah engkau akan tetap menutup kedua telingamu terhadap pertanyaan-pertanyaanku ini? Aku tahu engkau diatas sana dan mendengarkan apa yang aku tulis ini, karena setiap apa yang kutulis ini berasal dari hatiku, dan aku tahu engkau dapat membaca hatiku. Namun berapa puluh ribu kali engkau membaca hatiku, jutaan kali engkau menggelengkan kepala dan berkata “tidak!”. engkau tetap tidak pernah memberikan apa yang menjadi kebahagiaanku.
Kau tahu apa yang membuatku menderita dibawah sini? Memori-memori inilah yang membunuhku disini. Aku tahu memori yang telah datang tidak pernah berbohong, semua memori itu benar dan sudah terjadi dan sialnya semua memori itu melekat didalam kepalaku dan tidak bisa pergi. Berartikah semua air mata yang aku keluarkan saat ini saat aku melululantakkan kedua kakiku untuk berlutut kepadamu dan memohon kepadamu? Kenapa rasanya sangat menyakitkan untuk berharap kepadamu? Engkau mengatakan semua akan indah pada waktunya, aku tidak akan bertanya kapan waktunya karena aku tidak bisa mendengar suaramu. Aku tidak mengerti kenapa harus seperti ini caranya dan aku rasa aku tidak akan tahu sampai kapanpun … yang bisa aku lakukan disini hanyalah menunggu hingga ajalku tiba dan berusaha untuk melihat, apakah saat ajalku tiba nanti, akankah kebahagiaanku terkabul .. Atau pada akhirnya aku akan menemukan engkau begitu jahatnya untuk tetap tidak memberikan aku kebahagiaan yang aku inginkan?

No comments: