Monday, May 25, 2009

(198) Silent Blasphemy

Jika aku bisa melihat menembus angkasa, aku ingin melihat taburan bintang diatas sana, aku yakin indahnya akan seindah hidupku saat masih bersamanya. Jika aku bisa mencium bau bunga yang terwangi saat ini, aku yakin wanginya akan sewangi harum tubuhnya. namun kenyataannya adalah aku tidak bisa melihat taburan bintang diatas angkasa sana dan aku tidak bisa mencium wangi bunga itu … yang ada hanyalah rasa dingin yang dikeluarkan oleh air mataku, menyeret dengan berat, mengalir dengan cepat menuruni setiap senti kulit mukaku dari kelopak bawah mataku.
Mungkin Tuhan benar, aku terlambat dan tidak akan ada lagi kesempatan kedua. dan Iblis pun mempeparahnya dengan memberikan banyak sekali godaan yang tiada hentinya kepada diriku. Hilang hilang dan hilang, aku tidak bisa melihat apa yang kupunya sekarang, perlahan namun pasti semuanya menghilang .. harapan, iman, doa, kekuatan, usaha, persahabatan, kepercayaan, semuanya menghilang dan digantikan dengan kuatnya keputusasaan, pengorbanan yang sia-sia, nafsu, ketidakpuasan, pemberontakan. hatiku tetap berharap masih ada satu harapan lagi, namun semakin aku berdoa, semakin doa itu tidak terdengar lagi. yang terdengar hanyalah isakan tangis keputus-asaan yang keluar perlahan dari mulutku yang dipenuhi dengan air mata.
Perlahan dan lirih aku melihat kebelakang, melihat semua yang terjadi dalam hidupku, mereka semua seakan mentertawakan hidupku dan mempermainkan hidupku. mereka tertawa setiap kali mereka melihatku merasa tidak ada lagi harapan, mereka tersenyum setiap kali aku menangis karena kepedihan, aku membenci mereka, aku benar-benar membenci mereka, namun aku tidak bisa menyalahkan mereka karena mereka benar. mereka selalu benar.. bagaimana mungkin mereka tidak benar, mereka adalah masa laluku yang membuatku seperti ini
Aku tidak pernah melihatnya lagi, tidak pernah sekalipun sejak hari itu, samar-samar aku mendengar suaranya dan mengulang semua adegan setiap harinya, dan itu yang membuat jiwaku lumpuh, membuatkan pikiranku meracau, dan membuatku gila dan tidak punya arah. aku melihatnya hanya dalam mimpi, satu-satunya akses untuk bisa melihatnya tanpa harus aku sadari, dan semakin aku bermimpi tentangnya, semakin aku tidak ingin terbangun. melihat semua kenangan indah bersamanya, terasa begitu menenangkan jiwa, aku tahu jiwaku akan tersobek bersamaan dengan perihnya memori ketika aku bangun nanti, oleh karena itu aku tidak ingin terbangun. dan kuharap aku tidak pernah terbangun.
Jadi, dimanakah harapan? dimanakah kesempatan? dimanakah Jalan? mereka semua menyembunyikan diri dariku. mereka berada di belakang semak-semak keputusasaan, kepedihan dan kemalangan. dengan liciknya mereka bersembunyi di belakang itu semua, mereka mengatakan mereka akan keluar apabila saatnya tepat, namun aku tahu mereka perlahan melarikan diri dariku karena mereka tahu aku mengejar dan membutuhkan mereka semua disini sekarang. dimanakah kebijaksanaan? tidak ada kebijaksanaan disini, yang ada hanyalah malapetaka yang kubuat sendiri, dan setiap benih malapetaka itu sedang kupetik hasilnya. sakit-sakit-sakit dan rasa sakit yang kudapat, mencambuk setiap inchi dari jiwaku tanpa ampun. mentertawakan diriku, mengatai diriku dan mengingatkanku terus akan hari itu, hari dimana aku memutuskan untuk pergi, untuk menyerah … argh, akankah hari itu tidak akan pergi dariku… walaupun aku berusaha untuk menjauh darinya?

No comments: