Monday, May 25, 2009

(185) Epic Poems of Loliness …

Aku membuat sebuah patung indah, namun aku tidak bisa memperlihatkannya kepada siapapun, karena tidak ada seorang pun disini.
Aku membuat ribuan sajak yang romantis dan satir, namun ribuan rangkaian kata ini mati karena tidak ada siapapun yang mendengarkannya.
Aku membuat beribu pertanyaan, namun pertanyaan-pertanyaan ini tidak akan pernah terjawab karena tidak ada orang disini.
Apapun yang aku buat, apapun yang aku lakukan, tidak ada balasannya, karena hanya aku yang berada disini. begitu getirnya hatiku melihat kenyataan ini, kenyataan dimana hanya aku yang berada disini, aku melihat pahatku dan aku bisa melihat tetesan air mataku membasahi badan pahat itu. aku mengambil penaku dan aku juga melihat tetesan air mataku membasahi pena itu. aku memeluk diriku dan semakin menangis dan menggila. kenapa semuanya harus seperti ini?
Seperti inikah rasa sepi? sebuah perasaan yang mematikan, sebuah perasaan yang membunuh pelan-pelan, seperti diikat oleh sebuah tanaman belukar yang tidak pernah bisa lepas, seperti dililit oleh tubuh ular yang sangat besar. yang paling parah adalah perasaan ini tidak bisa lepas, perasaan ini harus dijalani, karena apapun yang kita lakukan, perasaan ini akan tetap ada, apapun yang kita ucapkan, perasaan ini akan tetap hinggap. yang dibutuhkan adalah kehadiran seseorang yang kita ingini, seseorang yang memiliki andil besar dalam hidup kita, kadang kita ingin mengalami perasaan ini, kadang kita ingin kesepian menghampiri kita, namun ketika kesepian ini menghampiri kita, matilah kita. kita diselimuti oleh awan gelap diatas jiwa kita sehingga kadang kita tidak tahu lagi sudah berapa dalam kita berada didalam kegelapan kesepian ini, karena kadang jiwa kita juga ingin berubah menjadi gelap dan kadang jiwa kita ingin berubah menjadi jahat, namun kesepian ini mengurungkan niat kita, kesepian ini membuat kita menjadi malas, kesepian ini menjadikan kita sesuatu yang tidak kita inginkan. kenapa? dari manakah kesepian datang? dari pikiran kita? dari hati kita? dari lingkungan kita atau itu adalah hadiah dari tuhan yang harus kita terima apa adanya? aku tidak tahu, aku, sang penyair sendiri tidak tahu darimana datangnya kesepian. dan aku, si pemahat juga tidak tahu darimana datangnya kesepian, karena kami semua sedang mengalami hal yang sama, dan berapa lama kesendirian ini akan memenjarakan kami? kemana semua orang yang kami cintai? jangan berikan kami kenangan yang indah yang pernah terjadi dalam diri kami, karena apabila kenangan itu datang, kami akan semakin terjerat dalam akar kesepian ini dan itu menyakitkan kami. tetapi berikanlah kami harapan, setetes harapan untuk kami, agar kami bisa melihat semuanya dengan lebih jelas. biarlah kesepian ini mendera kami begitu hebat, silahkan tuhan memberikan kami kesendirian tetapi juga secercah harapan, agar kami tahu apa kegunaan dari kesepian ini, agar kami dapat mencernanya dengan lebih bijak … karena apabila tidak, kesepian ini akan terus menerus mencambuk punggung kami hingga kami tewas. dan apabila kami tewas, kami akan tewas dengan mengenaskan, karena hanya kami yang mengetahui kamilah yang tewas, kenapa? karena tidak ada orang lain disini. hanya diri kami.

No comments: