Monday, May 25, 2009

(190) Faith of Deceiving Myself

Aku tidak mau berharap, tidak .. tidak mau. aku tidak ingin mendengar akan apa yang pikiranku bilang. takdir? persetan dengan kata itu. aku berdiri disini, menuliskan ini .. mentertawakan takdir. persetan denganmu takdirku. bagaimana bisa kita manusia mengatakan ini adalah takdir tuhan untuk kita? bagaimana bisa kita manusia mengatakan manusia itu adalah jodoh kita, bagaimana bisa kita mengatakan dia adalah orang yang dibuat khusus dari tuhan hanya untuk kita, kalau kita tidak pernah bertemu dengannya? kalau kita tidak pernah bisa melihatnya? kalau kita tidak bisa mendengar suaranya? bagaimana kita bisa mengatakan dia adalah orang yang dibuat oleh Tuhan untukku? jadi persetan dengan takdir.
Takdir tidak ada … yang ada hanyalah kesempatan yang diberikan oleh Tuhan .. dan tinggal terserah kepada kita mau menggunakan kesempatan itu atau tidak. tapi bagaimana kalau kita tidak menyadari kita sedang menggunakan kesempatan itu dan kesempatan itu hilang tanpa kita sadari? dan ketika semuanya hilang ..kita baru menyadari kalau semuanya adalah pemberian Tuhan kepada kita? apakah itu namanya takdir? atau ini disebut nasib? bagaimana kalau kita berharap kepada tuhan akan satu kesempatan lagi … tapi selama apapun engkau menunggu, kesempatan itu tidak akan datang lagi, percaya padaku, karena aku menunggu kesempatan itu untuk datang.. dan disinilah aku, menghabiskan seluruh hidupku dan umurku hanya untuk menunggu kesempatan dari tuhan yang tidak akan pernah datang untukku. bagaimana bisa aku mau percaya? bagaimana bisa aku berharap? tidak..tidak.. aku tidak mau percaya, dan aku tidak mau berharap, karena dengan percaya dan berharap aku akan disakiti lagi, jauh lebih disakiti daripada saat aku menyadari kesempatan itu sudah hilang.. lalu bagaimana ke depannya? biarkan saja berjalan … aku tidak mau mengatakan apa-apa dan tidak mau berharap apa-apa, kalau memang tuhan berbaik hati mau melepaskan kesempatan untukku lagi, biarkan tuhan yang melepaskannya. karena aku sudah capai disini, menunggu hanya untuk satu kesempatan yang tidak pernah datang.
Jadi untuk apa aku disini? aku hanya menghabiskan hidupku dalam kehampaan dan membangun imanku akan kekosongan, aku percaya kepada kekosongan jiwaku .. bagaimana bisa aku tertawa, tersenyum ketika tidak ada kebahagiaan dalam diriku? aku hanya berdiri disini, menuliskan kata-kata ini keatas kertasku dengan menggunakan penaku, sambil sesekali melihat keatas, kearah awan, dan membayangkan aku melihat tuhan dan berkata "masih adakah kesempatan lagi?" .. aku diam dan berharap mendengar atau melihat sesuatu dari atas sana, namun tidak ada.. tidak ada apa-apa .. yang ada hanyalah kepedihan, dan setiap kepedihan dan air mata yang aku keluarkan membuat aku semakin yakin akan imanku akan kekosongan jiwaku, dan semakin mempercayai takdir itu hanyalah omong kosong belaka.

No comments: